Berdayakan KPM, Mahasiswa ITS Ikut Berkontribusi dalam Program SIMAMAH

    Berdayakan KPM, Mahasiswa ITS Ikut Berkontribusi dalam Program SIMAMAH
    Foto bersama tim Pejuang Muda dengan Kelurahan Sarae Maraso

    SURABAYA – Sebagai salah satu kampus paling berpengaruh di Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus hadirkan kontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup dan perekonomian. Hal ini dibuktikan dengan keikutsertaan mahasiswa ITS dalam menyukseskan program Solusi Menangani Sampah (SIMAMAH) di bawah program Pejuang Muda, Kampus Merdeka.

    SIMAMAH merupakan program revitalisasi Bank Sampah yang telah diterapkan di Kelurahan Sarae Maraso, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) melalui pemberdayaan Kelompok Penerima Manfaat (KPM) Berbasis Ekonomi Kreatif. Program ini dinaungi langsung oleh Kementerian Sosial (Kemensos), Kementerian Agama (Kemenag), serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Dalam program ini, mahasiswa ITS juga bekerja sama dengan para mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia.

    Mahasiswa ITS penggagas program SIMAMAH Haritsah Shofiyah Yasmin mengatakan bahwa program ini ditujukan untuk menangani sampah yang kemudian dikelola menjadi produk bernilai ekonomis. Program ini diawali dengan sosialisasi kepada KPM yang berada di Kelurahan Sarae Maraso terkait dengan pentingnya pembuangan sampah pada tempatnya. Lalu, dilanjutkan dengan  pemberian materi terkait dengan cara mengolah sampah menjadi produk yang bernilai ekonomis.

    Tim pejuang Muda bersama ketua bank sampah (tengah) ketika menyosialisasikan produk hasil olahan dari sampah plastik

    Proses pengolahan sampah menjadi produk yang bernilai ekonomis diawali dengan pengumpulan sampah plastik, seperti gelas plastik dan bungkus makanan oleh masyarakat sekitar ke Bank Sampah Kelurahan Sarae Maraso. “Agar memudahkan pengumpulan sampah, tim Pejuang Muda telah meletakkan kotak sampah dengan tipe organik dan anorganik di beberapa tempat, ” ungkap mahasiswi yang akrab disapa Ritsah tersebut.

    Setelah dikumpulkan, lanjut Ritsah, sampah akan disaring kembali agar memudahkan dalam pencarian sampah yang dapat dijadikan produk untuk kemudian ditambahkan beberapa bahan, seperti tali rami dan kertas buffalo. “Bank Sampah Kelurahan Sarae Maraso sudah menyediakan bahan-bahan yang dapat membantu dalam proses pengolahan sampah menjadi produk bernilai ekonomis, ” ujar mahasiswa angkatan 2019 tersebut, Jum'at (6/1).

    Anggota Pejuang Muda sedang menjelaskan pentingnya membuang sampah pada tempatnya kepada masyarakat Kelurahan Sarae Maraso

    Tahapan terakhir dari tahap pengolahan sampah menjadi produk yang bernilai ekonomis ini adalah finalisasi yang dilakukan dengan cara menambahkan beberapa bahan tambahan yang disediakan oleh bank sampah. Produk seperti vas bunga dan hiasan dinding berbahan dasar sampah plastik berhasil tercipta dari tahapan pengolahan sampah ini.

    Selain melakukan sosialisasi dan edukasi terkait dengan pengolahan sampah, tim Pejuang Muda juga melakukan monitoring terhadap perilaku masyarakat setempat. Dari monitoring yang dilakukan selama dua bulan tersebut, didapati fakta bahwa masyarakat berangsur-angsur mengubah perilaku untuk membuang sampah pada tempatnya dan mengolah sampah menjadi produk yang lebih bernilai. (*)

    Reporter: Ahmad Farhan Alghifari
    Redaktur: Muhammad Miftah Fakhrizal

    surabaya
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Jumat Curhat, Kapolda Jatim Berikan Bakti...

    Artikel Berikutnya

    UNAIR Terjunkan 1458 Mahasiswa KKN BBK di...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Hendri Kampai: Indonesia Hanya Butuh Pemimpin Jujur yang Berani
    Hendri Kampai: Jika Anda Seorang Pejabat, Sebuah Renungan dari Hati ke Hati
    Hendri Kampai: Indonesia Baru, Mimpi, Harapan, dan Langkah Menuju Perubahan
    Hendri Kampai: Kualitas tulisanmu adalah kualitas dirimu
    Hendri Kampai: Buat Mobil Listrik Itu Jauh Lebih Mudah, Indonesia Pasti Bisa!

    Ikuti Kami